Shaiva Siddhanta – Praktis, Logis dan Universal


Sumber Ajaran Saiva Siddhanta

Kitab suci Saiva Siddhanta adalah empat belas teks filosofis Saiva yang disebut Meykanda Saatiram dan 12 Tirumurai yang berbahasa Tamil.

Saiva Siddhanta didasarkan terutama pada Sivagama. Veda berisi berbagai pandangan tentang Tuhan, jiwa dan kosmos. Pandangan agamis relatif konsisten, jelas dan tanpa kontradiksi.

Saivisme meyakini adanya Tuhan atau Pathi. Pathi berarti Tuhan dari jiwa-jiwa. Saivisme membuktikan keberadaan-Nya dalam banyak cara. Kitab suci Saiva dan perkataan serta perbuatan para Orang Suci Saiva memberikan bukti keberadaan-Nya. Saivisme juga memberikan penjelasan logis untuk mendukung fakta ini.

Segala sesuatu mengalami proses permulaan, keberadaan dan pembusukan yang tentunya diciptakan atau dibuat oleh seseorang. Dari tubuh fisik ini hingga seluruh kosmos, ia memiliki permulaan dan jelas akan berakhir. Maka ini pun harus ada pembuatnya, yang umumnya kita yakini sebagai Tuhan.

Konsep Tuhan ada berdasarkan kebutuhan akan jiwa. Unsur-unsur apa yang kita tidak dapat hidup tanpanya ditetapkan sebagai Tuhan dan karena kita tidak dapat hidup tanpa makanan ( annam ), maka makanan dianggap Agung atau Paramporul.

Kemudian kecerdasan jiwa membuat kesimpulan bahwa makanan tidak akan ada tanpa tanah yang bergantung pada hujan. Hujan bergantung pada udara, matahari (api), dan akhirnya semua bergantung pada ruang; unsur kelima dan tertinggi setelah udara, tanah, api dan air.

Pancha butha untuk Athideva; ke Indra; ke Brahma dan Wisnu pada akhirnya. Namun kebenaran dalam Siddhanta adalah :
Saivite percaya Dewa Siwa sebagai Dewa tertinggi, yang disembah sebagai

  • Shivam (Aruvam atau keadaan tanpa bentuk),
  • Shadasivam (Aruruvam atau keadaan tanpa bentuk), dan
  • Maheswara (Uruvam atau bentuk keadaan).

Bentuk tak berbentuk yang dimaksud di sini adalah Sivalingam yang terlihat di kuil Siwa. Wujud atau Uruvam mengacu pada 25 Muhurtam atau wujud Dewa Siwa yang digunakan untuk pemujaan.

Disebutkan dalam Sivagama, selain 25 Muhurtam atau bentuk ini, pemujaan bentuk lain dilarang. Meskipun ada lebih dari 25 bentuk Dewa Siwa yang disebutkan dalam Agama tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bentuk elaborasi dari 25 bentuk utama. Disebutkan totalnya ada 64 bentuk.

Tubuh kita dan tubuh Tuhan sama sekali berbeda. Tubuh kita adalah produk Maya yang disebut Karumeni. Sesuai karma kita, ketika kita mati, kita meninggalkan tubuh ini tetapi ‘tubuh’ jiwa adalah produk dari Sakthi yang memberikan rahmat, yang disebut Thirumeni.
Untuk membantu jiwa berevolusi dari keadaan terikat mereka menuju pembebasan dan kebahagiaan, Tuhan melakukan aktivitas lima rangkap atau Aintholil.

Pemujaan

Dewa Siwa disembah oleh Saivite dengan dua cara. Aga poosai dan Poosai. Tujuan akhir jiwa adalah Sivapadam. Untuk mencapai ini, jiwa perlu bergerak di jalan rahmat siwa. Tiga ketidakmurnian terutama Anavam dan Karmam menjadi penghalang bagi jiwa untuk menerima rahmat Tuhan.

Penyembahan dan pengabdian kepada Tuhan adalah wajib untuk melonggarkan cengkeraman Anavam dalam jiwa. 

  • Aga poosai adalah metode pemujaan yang dilakukan oleh jiwa individu dalam privasinya. 
  • Pura poosai adalah memuja Tuhan di tempat suci seperti candi Siva yang dibangun sesuai dengan Sivagama. 

Aga pusai biasanya adalah puja Siva. Ini dilakukan setelah proses ritual yang disebut Deekai atau inisiasi. Deekai atau inisiasi ini memberi seseorang ‘otoritas’ untuk melakukan Sivapuja seperti yang disebutkan dalam Sivagama. Umumnya orang yang diinisiasi, mempraktikkan Saivisme, melakukan puja Siva, menjadi vegetarian dan memuja Dewa Siva sebagai Dewa Tertinggi disebut Saivite.

Empat Tahapan jalan Spritual adalah Sariyai, Kiriyai, Yoga dan Gnanam yang mengarah ke jalan pembebasan jiwa yang berbeda. Ini umumnya dikatakan sebagai berbakti kepada Tuhan sebagai budak, anak, teman dan murid guru.

Kata Saivam tidak mengacu pada makanan vegetarian atau menjadi seorang vegetarian. Ini mengacu pada Saiva Samayam secara keseluruhan terutama orang yang mempraktikkan Saivisme. 

Seorang Saivite mengenakan Rudraksha dan Thiruneeru atau Vibuthi, melafalkan mantra Panjakshara, melakukan Sivapuja dan memuja Dewa Siva sebagai Tuhan Yang Maha Esa setiap hari. Mengunjungi kuil Siva setiap hari atau seminggu sekali juga merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari seorang saivite. 

Berbagi adalah wujud Karma positif