Melepaskan Keinginan Pikiran untuk Kebahagiaan


Penekanan sains pada observasi empiris dan pemikiran rasional dengan mengorbankan introspeksi sejati, adalah ketidakseimbangan dalam pendekatan budaya terhadap pengetahuan yang saya singgung di awal tadi. Tetapi sebagai akar penyebab masalah, ketidakseimbangan juga merupakan tempat yang jelas untuk menerapkan perbaikan. Memang, memulihkan beberapa introspeksi yang jelas ke sains dapat memulai efek domino yang menjangkau jauh dengan mengungkapkan bagaimana observasi empiris dan pemikiran rasional itu sendiri menunjukkan bahwa Diri dan Dunia adalah satu.

Implikasi statistik lain dari pemisahan yang dikemukakan antara Diri dan Dunia juga telah diuji secara eksperimental, secara empiris menunjukkan bahwa sifat-sifat sistem fisik bahkan tidak ada sebelum diamati. Mengomentari hasil ini, fisikawan terkenal Anton Zeilinger telah mengatakan bahwa “tidak ada gunanya mengasumsikan bahwa apa yang tidak kita ukur tentang suatu sistem memiliki realitas (independen) “.

Implikasi lain dari pemisahan yang dikemukakan antara Diri dan Dunia adalah bahwa pilihan kita hanya dapat memengaruhi Dunia – melalui tindakan tubuh kita – di masa sekarang. Mereka diduga tidak dapat mempengaruhi masa lalu. Karenanya, bagian dari cerita kita yang berhubungan dengan masa lalu pasti tidak bisa diubah.

Bandingkan ini dengan bidang pikiran, di mana kita dapat mengubah keseluruhan cerita khayalan kapan saja. Dalam pikiran, seluruh narasi selalu sesuai dengan pilihan dan dapat direvisi. Pengamatan tidak hanya menentukan sifat-sifat fisik yang diamati saat ini, tetapi juga secara retroaktif mengubah sejarah mereka. Ini menunjukkan bahwa masa lalu diciptakan setiap saat agar sejalan dengan itu.

Pada tahun 2005, fisikawan dan astronom Johns Hopkins terkenal Richard Conn Henry mengklaim bahwa ‘alam semesta sepenuhnya bersifat mental‘. Seperti yang telah kita lihat, observasi empiris sejak itu sangat menguatkan pendapatnya. Namun banyak fisikawan menolak mengakuinya. Mereka mendalilkan semua jenis entitas tak terlihat yang tidak dapat dibuktikan dan mencoba mengembangkan akrobat matematika yang berliku-liku untuk menemukan jalan keluar degan bukti-bukti.

Dalam kata-kata Conn Henry: “Ada upaya [teoretis] yang serius untuk melestarikan dunia material – tetapi tidak menghasilkan fisika baru, dan hanya berfungsi untuk melestarikan ilusi“. 

Ilusi yang dia maksud, tentu saja, adalah, bahwa pikiran dunia luar; Dunia yang terpisah dari Diri. Ketidakmampuan banyak fisikawan untuk mengakui apa yang dikatakan pengamatan kepada kita mencerminkan kegagalan introspeksi. Identitas Diri dan Dunia memang sulit diterima jika seseorang tidak dapat melihat ke dalam untuk melihatnya, malah terjebak pada penampilan yang bersifat nilai nominal.

Sebagai kesimpulan, ketika diinformasikan bahkan dengan introspeksi sederhana, baik pemikiran rasional dan pengamatan empiris menunjukkan dari diri mereka sendiri kesatuan antara Diri dan Dunia.  Jadi, ketiga jalan pengetahuan itu mengarah ke arah yang sama. Kurangnya introspeksi dalam cara budaya kita berhubungan dengan kenyataan yang menghalangi kita untuk melihat ini.

Berbagi adalah wujud Karma positif